Sebanyak 17 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang menumpang kapal pompong dari Pangerang, Malaysia berhasil selamat dari kapal yang karam. Namun perjuangan mereka untuk tetap hidup tidak mudah.
Dewanto Priyo kusumo selaku perwakilan Konsulat Jendral Republik Indonesia di Johor Baru, Malaysia turut mendampingi TKI menyatakan 7 TKI masih belum diketahui nasibnya. Berikut si tekong pompong.
"Sebanyak 17 orang yang dipulangkan melalui Batam ini, kita serahkan dulu ke Dinas Sosial kota Batam sebelum dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing. Sedangkan yang tujuh orang termasuk dua orang tekong kapal kayu asal Batam belum diketahui nasib nya. Sekarang Polisi Diraja Malaysia masih melakukan pencarian," ujar Dewanto kepadaTribunnewsbatam.com.
"Kemungkinan dua orang tekong kapal yang masih belum ditemukan itu warga Batam, karena 22 orang TKI ilegal ini rencananya akan dibawa ke Batam melalui pelabuhan tikus juga. Para TKI ini tidak tahu nama dua orang tekong kapal itu," ungkap Dewanto.
Sementara itu, Rahman salah seorang dari 17 TKI yang dipulangkan ini mengatakan, sebelum diselamatkan oleh kapal MT Hua Tuo berbendera Malaysia, katanya, ia sempat terapung-apung selama 7 jam di laut dengan menggunakan jeriken minyak solar kapal yang ditumpanginya itu.
"Hantaman kedua baru kapal tenggelam. Kawan-kawan langsung memegang tasnya masing-masing, sebagian ada yang mengambil jeriken minyak solar kapal itu," cerita Rahman saat baru tiba di Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre.
Rahman TKI asal Jawa Timur ini mengaku membayar biaya ongkos kapal kayu yang ditumpanginya itu sebesar 500 ringgit Malaysia. Setiap TKI dikenai biaya bervariasi oleh tekong, paling kecil 500 ringgit dan paling tinggi 1500 ringgit.
Saiful TKI asal Aceh juga harus berjuang untuk selamat. Ia bercerita, bisa selamat dari terjangan gelombang saat kapal kayu yang ditumpangginya itu tenggelam berkat tas yang dibawanya. Ia tidak melepaskan tas yang berisi baju dan botol air meneral yang dibawanya.
"Untung ada botol air mineral dalam tas saya ini, jadi tasnya tidak gampang tenggelam. Saya pikir tidak akan selamat saat itu, untung ada kapal yang lewat. Kejadian ini tidak akan pernah lupa seumur hidup saya bang. Sangat mengerikan sekali. Tuhan masih memberikan kesempatan umur saya panjang," kenang Saiful.
Saiful mengaku sudah bekerja selama 8 bulan di salah satu pabrik kayu di Johor Malaysia mengaku membayar ongkos kapalnya sebanyak 900 ringgit Malaysia. Ia tak tahu akan masuk ke pelabuhan tikus mana di Batam. Tekong memperkirakan tiba di Batam sekitar pukul 05.00
Dewanto Priyo kusumo selaku perwakilan Konsulat Jendral Republik Indonesia di Johor Baru, Malaysia turut mendampingi TKI menyatakan 7 TKI masih belum diketahui nasibnya. Berikut si tekong pompong.
"Sebanyak 17 orang yang dipulangkan melalui Batam ini, kita serahkan dulu ke Dinas Sosial kota Batam sebelum dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing. Sedangkan yang tujuh orang termasuk dua orang tekong kapal kayu asal Batam belum diketahui nasib nya. Sekarang Polisi Diraja Malaysia masih melakukan pencarian," ujar Dewanto kepadaTribunnewsbatam.com.
"Kemungkinan dua orang tekong kapal yang masih belum ditemukan itu warga Batam, karena 22 orang TKI ilegal ini rencananya akan dibawa ke Batam melalui pelabuhan tikus juga. Para TKI ini tidak tahu nama dua orang tekong kapal itu," ungkap Dewanto.
Sementara itu, Rahman salah seorang dari 17 TKI yang dipulangkan ini mengatakan, sebelum diselamatkan oleh kapal MT Hua Tuo berbendera Malaysia, katanya, ia sempat terapung-apung selama 7 jam di laut dengan menggunakan jeriken minyak solar kapal yang ditumpanginya itu.
"Hantaman kedua baru kapal tenggelam. Kawan-kawan langsung memegang tasnya masing-masing, sebagian ada yang mengambil jeriken minyak solar kapal itu," cerita Rahman saat baru tiba di Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre.
Rahman TKI asal Jawa Timur ini mengaku membayar biaya ongkos kapal kayu yang ditumpanginya itu sebesar 500 ringgit Malaysia. Setiap TKI dikenai biaya bervariasi oleh tekong, paling kecil 500 ringgit dan paling tinggi 1500 ringgit.
Saiful TKI asal Aceh juga harus berjuang untuk selamat. Ia bercerita, bisa selamat dari terjangan gelombang saat kapal kayu yang ditumpangginya itu tenggelam berkat tas yang dibawanya. Ia tidak melepaskan tas yang berisi baju dan botol air meneral yang dibawanya.
"Untung ada botol air mineral dalam tas saya ini, jadi tasnya tidak gampang tenggelam. Saya pikir tidak akan selamat saat itu, untung ada kapal yang lewat. Kejadian ini tidak akan pernah lupa seumur hidup saya bang. Sangat mengerikan sekali. Tuhan masih memberikan kesempatan umur saya panjang," kenang Saiful.
Saiful mengaku sudah bekerja selama 8 bulan di salah satu pabrik kayu di Johor Malaysia mengaku membayar ongkos kapalnya sebanyak 900 ringgit Malaysia. Ia tak tahu akan masuk ke pelabuhan tikus mana di Batam. Tekong memperkirakan tiba di Batam sekitar pukul 05.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar